Contoh Naskah Drama ramayana - Kami akan sampaikan disini Contoh Naskah Drama ramayana lengkap sekali sehingga anda bisa mendapatkan Contoh Naskah Drama ramayana dini selengkapnya dan tentunya ini akan bisa menjadi Contoh Naskah Drama ramayana untuk pertunjukan anda dan tentunya Contoh Naskah Drama ramayana ini akan bisa menjadi salah satu prestasi anda disaat anda melakukan Drama dengan teman-teman anda dipentas. Ini adalah salah satu Contoh Naskah Drama ramayana terbaik yang bisa kami posting dan bisa menjadi pelajaran yang sangat berguna sekali karena Cerita Contoh Naskah Drama ramayana ini sangat menyentuh hati, kocak dan sangat menyenangkan sekali saat dipentaskan dengan teman-teman nantinya.
Untuk itu dapatkan Contoh Naskah Drama ramayana ini disini yang kami berikan lengkap sehingga bisa menjadi pertunjukan yang sangat bagus sekali, dan anda akan mendapatkan nilai bagus untuk Contoh Naskah Drama ramayana ini, lengkap sekali Contoh Naskah Drama ramayana ini dan pastinya kamu semua akan puas dengan Contoh Naskah Drama ramayana tersebut, dan untuk untuk itu langsung dapatkan Contoh Naskah Drama ramayana dibawah ini yang sobat semua.
Alkisah pada suatu hari, Rama diutus oleh Prabu Desarata untuk bertapa di hutan Dandaka. Ia ditemani oleh istrinya yaitu Shinta dan adiknya Laksmana. Mereka bersama-sama pergi ke hutan Dandaka untuk melaksanakan amanah dari Prabu Desarata. Siang itu, setelah berjalan begitu jauh dari Ayodya, akhirnya mereka sampai di hutan Dandaka.
Rama : “Dinda, sepertinya kita sudah sampai, apa dinda capek?”
Shinta : “Tidak kakanda, selama aku ada disampingmu aku tidak akan pernah merasa capek”
Rama : “Ah…! Dinda ini bisa aja! Aku jadi tersandung...”
Shinta : “Lho… Kok tersandung Kakanda?”
Rama : “Eh… tersanjung maksudku, Dinda!”
Shinta : “Oh… Tersanjung! Aku kira kakanda tersinggung dengan perkataanku...”
Rama : “Ya tidaklah istriku, kata-katamu itu…! Hem… Begitu indah dan sangat menyejukkan jiwaku.”
Shinta : “Ah…Kanda !” (memukul Rama lembut)
Rama : “Aduh, Dinda…! Dari tadi kok kita asyik menyanjung – nyanjung diri sendiri, sampai–sampai kita lupa kalau kita ditemani adik kita tercinta.” (menengok Laksmana yang ada di dekat mereka)
Shinta : “Oh iya! Sini adikku, kenapa masih disitu?” (menghampiri Laksmana) “Maaf ya Dik Laksmana, bukan maksud kami anu... Anu...”(belum selesai ngomong kemudian dipotong oleh Laksmana)
Laksmana : “Sudahlah Kak Shinta, tidak apa–apa! Lagi pula aku juga senang melihat keakraban Kak Rama dan Kak Shinta.”
Shinta : “Kamu memang adik yang baik laksmana. Kanda sangat beruntung punya adik sebaik dik Laksmana!” (menengok ke arah Rama)
Rama : “Betul Dinda! Laksmana memang adik yang sangat baik.”(menepuk pundak Laksmana)
Laksmana : “Sudahlah, Kak Shinta dan Kak Rama tidak usah memuji aku terus. Nanti keterusan sampai malam dan akhirnya kita tidak punya tempat untuk istirahat.
Ehm … !! Kak, bagaimana kalau kita mendirikan tenda disini saja. Sepertinya disini tempatnya sangat teduh dan lapang.”
Rama : “Ya!” (mengangguk–anggukkan kepalanya) “Bagaimana menurut Dinda?”
Shinta : “Iya Kanda, lebih baik kita mendirikan tenda disini saja.”
Rama : “Baik! kalau begitu kita mendirikan tenda disini! Dik Laksmana, tolong ambilkan tendanya di tas !” (lalu mendirikan tenda bersama Laksmana dan Shinta membuatkan minum untuk Rama dan Laksmana)
Shinta : “Kakanda, Kakanda pasti capek. Ini diminum dulu airnya, supaya capeknya hilang.” (mengusap dahi Rama dengan selendang)“Adik Laksmana juga, istirahat dulu! Nanti diteruskan lagi, ini diminum airnya.”
Laksmana : “Iya .. Kak shinta! Sebentar lagi, nanggung … !”(masih sibuk membenarkan tenda)
Rama : “Sudahlah, Dik! Benar apa yang dikatakan kakakmu Shinta, istirahat dulu nanti diteruskan!”
Laksmana : “Ya sudaaah… Aku istirahat...” (menghentikan pekerjaannya lalu duduk di dekat Rama dan meminum minumannya)
Di saat yang sama tetapi di tempat yang berbeda, Sarpakenaka, Rahwana, dan Mak Lemper sedang mengamati keromantisan Rama Shinta dari bola kristal. Mereka mengamati dengan penuh rasa sakit. Sakit teramat sakit melihat kemesraan pasangan suami istri itu.
Sarpakenaka : "Huh... Ini tidak adil!! Mengapa hal itu harus terjadi padaku? Aku tidak suka melihat mereka bahagia. Karena Rama harus suamiku... Huhuhu... Simbok!!" (menangis)
MakLemper : "Keep silent, sayang... Tenang..."
Sarpakenaka : "Ya Tuhan .. Simbok, lihatlah mereka, mereka terlihat begitu dekat, aku tidak tahan melihatnya. Hatiku merasa seperti diiris pisau tajam, huhuhu ... Ini perih!" (masih menangis)
MakLemper : "Tarik nafas... Hembuskan... Jangan khawatir... Simbok akan membantu..."
Sarpakenaka : (meratap menangis) "Kanda Rahwana! Apa yang harus kita lakukan? Mengapa Kanda tidak mengatakan apa-apa? Bukankah Kanda juga mencintai Shinta? Mengapa Kanda membiarkan mereka, ha? Mengapaaa!?" (dramatis bin alay)
Rahwana : "Kau begitu berisik!! Aku diam bukan berarti akutak peduli!Aku sedang berpikir! Aku tak sepertimu yang bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu!!Dasar bocah Alay!!"
Sarpakenaka : "Sungguh, teganya dirimu padaku. Bagaimana bisa kau menghinaku seperti ini."
MakLemper : "Hey! Hey! Hey! Jangan bertengkar!! Dengarkan aku, Sarpakenaka, Kandamu benar. Kita perlu strategi untuk memisahkan Rama dan Shinta, jadi tenanglah dahululalu berpikirlah apa yang harus kita lakukan..."
Sarpakenaka : "Oke, mbok..." (terdiam sejenak untuk berpikir)
MakLemper : " Yeeiiii... Aku mendapatkan ide!!"
Sarpakenaka+Rahwana : "Opo idene?"
Mak lemper : "Ok, sini aku kasih tau. Shinta itu salah satu gadis yang mudah tertarik dengan hal-hal menarik. Seperti kijang emas. Jadi, Rahwana... Panggil abdimu dan bawa ke sini biar ia ku jadikan kijang untuk menarik perhatian Shinta. Dan Shinta akan menyuruh Rama untuk memburunya..."
Rahwana : “Wah benar juga. Lalu, Rama dan Laksmana akan meninggalkan Shinta kan, simbok? Dan aku bisa menculik Shinta dan memboyongnya ke Alengka...”
MakLemper : “Tumben elo pinter.”
Sarpakenaka : "Bagaimana denganku, mbok?Apakah kau hanya memikirkan nasib Kanda Rahwana?" (memelas kepada MakLemper)
MakLemper : "Gadis Bodoh . Aku sedang berpikir tentang kau!!” (terdiam sejenak) “Nah jadi begini saja...”
Sarpakenaka : "Pripun mbok? Apakah kau akan mengubahku menjadi Shinta atau apa?”
MakLemper : "Pandai. Setelah Shinta diambil oleh Rahwana, aku akan mengubahmu menjadi Shinta dan kamu akan hidup selamanya dengan Rama..."
Sarpakenaka : "Benarkah?? Terima kasih banyak simbokku tercinta... (Sarpakenaka mencium pipi ibunya)
Rahwana : "Baguslah... Kalau begitu aku akan segera memanggil abdi kepercayaanku." (mengambil HP, mencoba menelpon, SMS) “Ehm, simbok,ada sedikit masalah... Aku sudah menghubunginya lewat SMS, BBM, facebook, twitter. Tapi, dia tak menjawab...”
MakLemper : "Apakah kau sudah memanggilnya melalui telepon?"
Rahwana : "Belum. Ini karena aku tak punya pulsa, hehe... Aku kan raja yang kere..."
Sarpakenaka : "Ckkk .... Bilang saja kau ingin ku kirimi pulsa. Memalukan!! Bagaimana bisa seorang raja Alengka, pulsa saja tidak punya. Bagaimana kau menghidupi rakyatmu kelak?"
Rahwana : "Itu bukan memalukan. Itu namanya hemat uang, Nduk.” (mengelus kepala Sarpakenaka)
Sarpakenaka : “Ya sudah, aku mau manicure pedicure bersama artis Hollywood di Los Angeles. Nanti setelah Rahwana menculik Shinta, panggil aku agar aku ke sini...” (Sarpakenaka meninggalkan Rahwana dan Mak Lemper)
Seusai Sarpakenaka meninggalkan Rahwana dan Mak Lemper, mereka masih menunggu datangnya abdi Rahwana hingga lumutan. Akhirnya, setelah lima jam menunggu, tiga abdi Rahwana datang, mereka bernama Maricha, Bharata, dan Angkara.
Rahwana : “Beraninya kau membuat kita menunggu untuk waktu yang lama.Kau ingin dikutuk menjadi batu?? Heh?" (menempeleng kepala abdinya)
Maricha : "Maafkan kelancangan kami, Yang Mulia. Ini salahku. Internetnya tidak terhubung, sehingga hamba tidak bisa berselancar di Facebook dan Twitter.
Rahwana : "Ah , kau bicara terlalu banyak. By the way, aku punya tugas besar untukmu, datang ke sini..." (Rahwana membisikkan sesuatu pada abdi-abdinya)
Bharata : "Hamba siap untuk melakukan perintah Anda, Yang Mulia. Hamba tidak akan membuat Anda kecewa.”
MakLemper : "Baik. Sekarang, berdiri di sana dan pegang tongkat kayu ini, aku akan mengubahmu menjadi kijang emas, Maricha. Dan kau, Bharata dan Angkara, ku ubah kau menjadi kijang hitam sebaga pengiring Maricha. Apakah kau siap?" (bersiap memantrai abdi)
Angkara : “Lha kata Yang Mulia Rahwana tadi, kami disuruh menarik perhatian Shinta. Kok malah jadi kijang? Maksudnya bagaimana?”
MakLemper : “Begini, setelah kalian nanti aku ubah menjadi kijang, aku perintahkan kalian untuk menarik perhatian Shinta dengan tarian kijang!”
Maricha : “Terus setelah hamba menari, apa yang harus hamba lakukan Baginda?”
Rahwana : “Aduh…! Begok banget sih. Katrok–katrok! Setelah kamu menari dan kamu melihat mereka sudah tertarik untuk memburu kamu. Kamu langsung lari saja supaya Rama dan Laksmana lari mengejar kamu dan akhirnya Shinta ditinggal sendirian. Nah… Setelah itu aku bisa membawa lari Shinta! Paham?”
Angkara : “Kami paham, Baginda...”
Bharata : “Ibunda Ratu Mak Lemper... Kami sudah siap untuk kau ubah...”
MakLemper : "Hopla. Beri aku A , Beri aku B , Beri aku C , ABC .... Ambil perubahan!”
Mak Lemper mengucap mantranya dan mulai mengubah ketiga abdi itu. Dalam sekejap, Angkara,Bharata, dan Maricha berubah menjadi tiga ekor kijang. Usai itu, ketiga kijang tadi segera berlarin menuju peristirahatan Rama Shinta di hutan Dandaka dan segera menjalankan misinya. Mereka menaritarian kijang dengan lincah dan menarik perhatian Shinta.
Shinta : “Kanda, dik Laksmana, lihat! Kijang-kijang itu cantik sekali!!”
(menunjuk kijang-kijang yang menari)
Rama : “Iya Dinda, betapa indahnya gerakan mereka!”
Laksmana : “Iya Kak, kijang-kijang itu lucu sekali!”
Shinta : “Kanda, lihat! Ada kijang yang bertanduk emas, aku ingin sekali kijang emas itu, Kanda! Kanda mau kan menangkap kijang itu untukku?”
Rama : “Apa kamu sangat menginginkannya, istriku ?”
Shinta : “Iya kanda ! kanda mau kan menangkapnya untukku?” (sangat berharap )
Rama : “Baiklah, demi kau istriku yang sangat aku sayangi dan aku cintai, aku akan memburu kijang emas itu untukmu” (menyiapkan perlengkapan untuk memburu) “Dan kamu adikku, tolong jaga kakakmu, Shinta, selama kakak pergi memburu kijang itu. Karena aku takut nanti Rahwana tiba-tiba datang dan membawa pergi Shinta.”
Laksmana : “Iya kak! Saya mengerti , tenang saja kak aku akan menjaga kak shinta sampai titik darah penghabisan.” ( sambil mengepalkan tangan keatas )
Rama : “Baiklah adikku, aku percaya kepadamu, pokoknya jangan kemana-mana sampai nanti aku kembali.”
Shinta : “Hati-hati ya kanda .. ! aku yakin kanda pasti akan segera kembali dengan membawa kijang emas itu untukku” ( sambil mencium tangan rama ) “Kanda, aku sangat mencintaimu” ( sambil memegangi tangan Rama )
Rama : “Aku juga sangat mencintaimu dinda !”( mengusap rambut sinta )
“Ya sudah , aku berangkat sekarang, nanti keburu kijangnya kabur .”
“Jaga kakakmu yah!” (menepuk pundak Laksmana lalu pergi)
Laksmana : “Iya kak, percaya sama saya. TiTi DJ kak !”( sambil melambaikan tangan)
Setelah Rama pergi, Shinta dan Laksmana membereskan barang-barang ke dalam tenda. Di balik pohon beringin, Rahwana tetap mengintai dengan bola kristal hasil ngutang dari Mak Lemper. Ia bingung memikirkan Laksmana yang tidak ikut memburu kijang emas itu.
Rahwana : “Aduhhh…. ! bagaimana ini Durya, kenapa Laksmana tidak ikut memburu kijang. Padahal bayanganku Laksmana ikut mengejar kijang emas itu. Nah … ! Sekarang bagaimana supaya Laksmana terpisah dengan Shinta ? (menengok Durya yang diam saja) Durya … ! kamu kok diam saja, bantu aku mikir donk !”
Durya : “Hamba diam ini juga lagi mikir baginda! Sambil searching, mumpung ada wi-fi”
Rahwana :“Oo..! ya sudah sekarang kita pikirkan bersama.”
Lima, sepuluh, lima belas, bahkan dua puluh menit lamanya mereka memikirkan cara untuk menyingkirkan Laksmana dari sisi Shinta. Ide-ide bodoh muncul di pikiran mereka, tetapi Laksmana pasti bisa mengatasi ide-ide itu. Mereka terus berpikir keras dan memeras otak untuk menemukan cara terjitu untuk menjalankan misi ini.
Durya : “Nah! Ketemu!”
Rahwana : “Hus … ! jangan teriak-teriak, nanti mereka dengar!”
Durya : “Maaf baginda ! kelepasan baginda , hamba sudah menemukan caranya.”
Rahwana : “Iya , bagaimana ?”
Durya : “Begini baginda” ( sambil berbisik )
Rahwana : “Bagus ! ide kamu bagus sekali, ternyata kamu pintar juga Durya ?”
Durya : “Iya dong baginda! Hamba kan lulusan S2 SMP N 1 Godean! Di sana muridnya pinter-pinter! Gurunya asik lagi! Makanya, sekolah di Negsago!”
Rahwana : “Ciyus? sama dong kaya’ aku !”
Durya : “wah … sama dong kita baginda ?”
Rahwana : “Heh , enak aja lho mau nyamakan aku dengan kamu, sudah sudah kok malah bercanda ( serunya dengan keras ) sekarang aku akan merubah suaraku menjadi suara rama. Hem … Shinta ! kau pasti akan jadi milikku!”(serunya dengan yakin)
Setelah Shinta dan Laksamana selesai membereskan barang-barang mereka yang ada di dalam tenda, mereka mulai beristirahat. Tapi, tiba-tiba mereka mendengar jeritan Rama. Rama seakan minta tolong. Apakah yang terjadi? Pikirkanlah hal itu…
Rahwana : “Tolong! Tolong! dik laksmana tolong aku!”(teriaknya dengan suara menyerupai rama, sembunyi di balik pohon) “Hihihi… Durya… Pasti ini berhasil…” (lirih)
Shinta : “Dik laksmana ! apa kamu mendengar sesuatu ?”
Laksmana : “iya kak ! itu kak Rama, bahkan teriakan itu memanggil namaku. aku yakin itu kak Rama ! kak rama butuh bantuan, aku harus menolongnya” ( ucapnya dengan nada khawatir )
Shinta : “iya dik! kamu pergi saja menolong kakanda sekarang biar aku disini saja menjaga barang-barang kita”
Laksmana : “Tapi kak, aku sudah berjanji pada kak rama untuk menjaga kak shinta”
Shinta : “Tidak apa-apa dik ! sekarang kakanda membutuhkan bantuan dik laksmana. Dik laksmana tenang saja. Aku disini baik-baik saja !”
Laksmana : “Baik aku akan menolong kak rama. Tapi aku akan membuatkan perlindungan dulu untuk kak shinta (Laksmana membuat lingkaran sakti yang akan menjaga Shinta dari apapun)
Laksmana : “Kak shinta , tolong sekarang kakak masuk dalam bundaran ini !”
Shinta : “Ini apa dik ?”( sambil masuk kedalam bundaran sakti ) “kok dik laksmana malah ngajak main ?”
Laksmana : “Houm …… !” (membaca mantra) “hap! Nah sekarang bundaran ini sudah menjadi bundaran sakti”
Shinta : “Bundaran Sakti ?”
Laksmana : “Iya , bundaran sakti ini tidak bisa ditembus atau dimasuki oleh siapapun, jadi kak shinta tidak akan bisa disentuh oleh siapapun. Tapi kalau kak shinta keluar, kak shinta tidak akan bisa masuk lagi kedalam bundaran ini.”
Shinta : “Baiklah kalau begitu! sekarang kamu sudah bisa tenang kan meninggalkan aku?”
Laksmana : “Iya kak, tapi kak shinta harus janji tidak akan keluar dari bundaran sakti ini. Sampai aku dan kak rama kembali !”
Shinta : “Iya, kak sinta janji, sekarang kamu berangkat selamatkan kak Rama ya ?”
Laksmana : “Baik, aku berangkat! Doakan ya kak! aku akan segera kembali” ( pamit dengan membawa seperangkat alat memanah )
Laksmana segera melesat secepat angin menyusul Kakaknya, Rama. Sedangkan Rahwana yang sudah berhasil dalam mengusir Laksmana masih tetap bingung. Ya, dia bingung akan bagaimana caranya mengeluarkan Shinta dari lingkaran sakti itu lalu memboyongnya ke Alengka.
Rahwana : “Aduh! Bagaimana ini? Aku kira setelah Laksmana pergi, aku langsung bisa membawa Shinta, tapi sekarang aku malah tidak bisa menyentuh Shinta sama sekali” ( sambil mondar-mandir dan mengepalkan tangannya ) “Durya, bagaimana ? Apa kamu tidak punya ide lagi?”
Durya : “Mohon maaf baginda, sepertinya kali ini hamba benar-benar tidak tau bagaimana caranya mengambil Dewi Shinta dari bundaran sakti itu, karena hamba yakin tidak akan mampu menembusnya !”
Rahwahna : “Ah, gimana sih kamu itu! katanya ngaku lulusan sekolah lor Pasar Godean itu, ada masalah gini aja bingung .”
Durya : “Tapi baginda juga bingungkan?”
Rahwana : “Jadi kamu ngledek aku? Iya?!” (membentak sambil menoyor kepala Durya)
Durya : “Ampun Baginda! Hamba tidak bermaksud seperti itu!”
Rahwana : “Ya sudah sekarang kita mikir lagi!” (terdiam sambil mondar mandir)
Rahwana : “Nah! Aku sekarang punya ide!”
Durya : “Bagaimana baginda?” ( mendekati rahwana )
Rahwana : “Begini....” ( sambil berbisik )
Durya : “siap baginda ! hamba siap melaksanakannya”
Rahwana : “Tidak, kali ini biar aku yang melakukannya, biar nanti aku bisa langsung membawa shinta pergi ke Istanaku”
Durya : “Oh … baik baginda !” ( sambil mengangguk-anggukkan kepalanya )
Rahwana : “Tapi kamu tetap disini mengawasi, siapa tau Rama dan Laksmana nanti kembali. Dan kamu harus menghadangnya, apapun caranya !”
Durya : “Siap baginda !”
Rahwana : “Bagus. sekarang aku akan merubah wujudku menjadi seorang lelaki yang tua renta. Houm!” (membaca mantra, sementara itu Durya memasangkan aksesoris ke Rahwana) “Hap!”
Kakek : “Bagus kan?? Baik, aku akan kesana dan kamu jaga disini, Durya !”
Durya : “Keren, Baginda… Good luck baginda! Cemungutt eeaakk! Go Baginda Go!!”
Akhirnya dengan penampilan yang sudah sangat meyakinkan dan mengesankan, Rahwana berjalan lemah mendekati Shinta. Ia yakin Shinta akan iba padanya dan keluar untuk mendekatinya. Usai itu? Pikirkanlah wahai pemirsa…
Shinta : “Kakek , kenapa kakek ada ditengah hutan sendiri? Kakek kan sudah tua, kenapa tidak di rumah saja ?”
Kakek : “Kakek sedang mencari makan cucuku ! sudah satu minggu kakek tidak makan dan tidak minum.”(kumisnya jatuh)
Shinta : “Lho kek… ! kumisnya jatuh”
Kakek : “Hah… mana ?”(meraba kumisnya kemudian mencarinya)
Shinta : “Itu kek, ……”
Kakek : “Ya… mungkin kumisku tidak pernah mendapatkan nutrisi saputra. Jadinya sampai rontok seperti ini !” (menempelkan kembali kumisnya)
Shinta : “Kakek ini bisa saja … !”
Kakek : “Iya cu….. ! aku yakin lama kelamaan semua rambut yang ada ditubuhku akan rontok semua karena tidak pernah aku beri makan”
Shinta : “aduh kek … ! masa’ sampai begitu ?” ( ujarnya dengan sangat iba )
Kakek : “Iya cu ….! Tolong kakek cu … , berikan kakek sedikit makan dan minum agar kakek dapat bertahan hidup.”
Shinta : “Tapi kek …..!”
Kakek : “tolong cu ….! Kalau aku tidak makan aku yakin sebentar lagi aku akan mati.”
Shinta : “Baik kek …! sekarang kakek tunggu disini dulu. Aku akan mengambilkan makanan dan minuman untuk kakek.”
Kakek : “Terima kasih cu …. !kamu memang gadis yang baik, semoga Dewa membalas kebaikanmu.” (gaya memberkati orang Hindu)
Shinta : “Terima kasih kek … ! sebentar ya kek … !” (keluar lingkaran, mengambil makanan di tenda)
Shinta akhirnya keluar dari lingkaran sakti yang dibuat Laksmana. Ia berjalan memasuki tenda dan mengambil beberapa makanan di dalamnya. Dan… Apa yang terjadi? Apa? Apa?
Ketika Shinta keluar dari dalam tenda, GUESS WHAT?!?! Si kakek tua sudah berubah menjadi si raksasa Rahwana yang gagah perkasa. Shinta sangat terkejut. Seketika semua makanan yang ia bawa dijatuhkannya.
Rahwana : “Ha…ha…..ha…..ha…… !”
Shinta : “Hah, Rahwana ! Jadi kamu ………”
Rahwana : “Iya … ! aku adalah kakek tadi, lalu kijang dan suara minta tolong tadi semuanya adalah rekayasaku. Ha … ha… ha… !”
Shinta : “Kamu sangat licik Rahwana. Sekarang kamu mau apa ?”
Rahwana : “Aku mau kamu ikut dengan aku !”
Shinta : “Tidak… ! aku tidak mau …!”
Rahwana : “Tidak mau? Ya sudah , Hap…. !”
Rahwana memantrai Shinta agar Shinta pingsan. Tap! Seusai Shinta pingsan, Rahwana segera memboyong Shinta ke Alengka. Membawanya pergi secepat angin dan menghilang di balik awan.
Tepat setelah Rahwana memboyong Shinta ke Alengka, Mak Lemper dan Sarpakenaka sudah siap berada di TKP. Mereka sudah siap menjalankan misi selanjutnya. Menyamar.
Mak Lemper : Hey Sarpakenaka kesini....
Sarpakenaka : Oh my to the God. Bentar Simbokk… (berjalan mendekat dengan alay) Simbok… Simbok… Simbok itu orang tercantik dan terpintar di dunia...
Mak Lemper : Iya donk. Sekarang kamu akan aku jadikan Shinta, duduk kamu dilingkaran itu.... (Sarpakenaka mengangguk lalu duduk di dalam lingkaran)
Mak Lemper berkomat-kamit mengucapkan mantranya. Dan dalam sekejap. Hongmilahom!! Sarpakenaka berubah menjadi secantik Shinta. Bahkan tak hanya secantik Shinta, tapi mirip seratus persen dengan Shinta. Dari atas sampai kaki tak ada yang berbeda.
Mak Lemper : Sarpakenaka sekarang simbok tinggal dulu… Kamu disini…
Sarpakenaka : Makasih Simbokku yang paling baik hati... (memeluk Mak Lemper) Rama, akhirnya kamu menjadi milik ku.. Selamanyaa…
Mak Lemper : Ok, selamat bersenang senang sayangku… (meninggalkan Sarpakenaka)
Ketika Mak Lemper, Sarpakenaka, dan Rahwana berbahagia atas keberhasilan misi mereka, Rama dan Laksmana sedang berjuang memburu kijang emas yang lari tadi. Ketika sudah yakin atas sasaran panahnya, Rama melesatkan panah apinya dari busur. Cuuusss!! Dan si kijang emas terbunuh. Tapi, tiba-tiba kijang emas dan dua kijang hitam tadi berubah menjadi manusia.
Maricha : Teganya kau membunuh kijang emas jelmaan diriku!! Bharata, Angkara… Balaskan dendamku pada Rama!! (suara tersendat, lalu mati)
Rama : Maafkan aku… Aku hanya ingin memenuhi keinginan istriku…
Angkara : Terlaknat kau wahai Raja Ayodya. Atas nama Dewa Siwa, terkutuklah kau!!
Laksmana : Jangan asal mengutuk Kakakku!! Kalian yang terkutuk karena berani mengutuk kakakku!! (marah)
Bharata : Aku, keturunan Resi Kintama… Mengutukmu, Rama… (suara menggelegar) Jika kau melakukan hubungan dengan wanita! Atau kau bermain dengan wanita itu… Kau akan mati!! Mati!! Mati!! (Rama melongo, seketika Bharata dan Angkara meninggalkan panggung)
Rama : (menjerit frustasi) Dewa!! Apa salah hamba!! (menatap Laksmana) Adikku… Aku tidak akan memiliki keturunan lagi… (sedih)
Laksmana : Biarlah… Yang lalu biarlah berlalu. Mari kita kembali saja. Kasian shinta menunggu kita… (menenangkan Rama sambil merangkulnya lalu berjalan pulang)
Setelah kutukan itu, Rama dan Laksmana berjalan kembali ke tempat peristirahatan mereka. Rama berjalan dengan gelisah, galau, dan merana karena kutukan dari keturunan Resi tadi. Sedangkan Laksmana sebagai adik yang baik selalu menenangkan kakaknya sepanjang perjalanan itu.
Ketika sampai di tempat peristirahatan, Rama menjumpai Shinta yang pingsan di dalam lingkaran sakti. Seketika Rama terkejut dan melupakan semua kegalauannya, ia mendekati Shinta.
Rama : Adinda, bangun adinda...
Sarpakenaka : (terbangun) aa.. Ramaaa... Rammaaa… Akhirnya kamu kembali!
Rama : Emb? Tidak biasanya kamu memanggilku Rama?
Sarpakenaka : Oh maksudku kakanda...
Rama : Kamu tidak apa apa kan? Apakah kamu diganggu Mak Lemper atapun Rahwana?
Sarpakenaka : Tidak, tidak Rama… eh Kanda… Shinta baik-baik saja,
Rama : Oh syukurlah, maaf aku tadi tidak berhasil membawa kijang itu. Aku malah dikutuk wee…
Sarpakenaka : Oh My God… Oh My No… Oh My Wow!! Kanda dikutuk apa? (Flashback ke kutukan. Angkara datang dan mengutuk lagi)
Sarpakenaka : Double what… What What!! Triple Iuh iuh iuh.. Tapi Rama… Kau baik-baik saja kan?
Rama : (mulai bingung dengan kealay-an Shinta) Iya, hla kamu baik-baik aja kan?
Sarpakenaka : Iya. Aku gak apa-apa.
Rama : Baguslah. Shinta, kau tambah cantik saja. (nggombal) Wahai matahariku, kamu yang menyinari hidupku..
Sarpakenaka : Oh my baby Hello!! Rama kamu benar mencintaiku.. Eh maksudku Kakanda..
Rama : Adinda, kamu benar tak apa apa? Apa kamu sakit, kamu terlihat berbeda..
Sarpakenaka : Anu adinda tidak apa apa kok kanda... Ya sudah, Dinda masakkan makanan kesukaan Kanda dulu… (Sarpakenaka memasak. Laksmana dan Rama bersantai)
Sarpakenaka bergegas menuju dapur tenda, dan bingung harus memasak apa, karena memang dia tidak tahu apa makanan kesukaan rama. Tiba-tiba dia mendapat ide, ia teringat iklan di TV waktu itu. Mie sadap ayam bakso spesial!! Dan Sarpakenaka pun mulai memasak.
Sarpakenaka : Kakanda, ini dia, masakan spesial untuk kanda, mie sadap ayam bakso spesial..
Rama : Haa... ?? Mie kesukaanku rasa soto kenapa rasa ayam bakso spesial, bahkan aku sangat tidak menyukai rasa itu, kamu aneh adinda… Kamu siapa?
Sarpakenaka : Aku Shinta kakanda, istrimu, pujaan hatimu...
Rama : Tidak, kamu bukan Shinta, Shinta istriku tidak alay sepertimu... Dan kalau kamu Shinta kenapa kamu tidak tahu makanan kesukaanku? Lalu apa itu? (melihat suatu tanda lahir seperti tompel di lengan) Tompel di lengan? Kamu bukan Shinta!! (mendorong shinta) Siapa kau?!
Sarpakenaka : Kakanda, aku benar Shinta ... (memelas)
Rama : Bohong, mengaku kamu siapa dirimu atau kamu akan ku panah? (menyiapkan panah dan busur)
Sarpakenaka : Jangan bunuh aku....Rama..
Panah Rama sudah siap melesat. Sasarannya sudah tepat menuju jantung Sarpakenaka. Sarpakenaka tidak memiliki pilihan lain. Ia harus mengaku sebelum panah itu menembus dadanya dan membunuh dirinya.
Sarpakenaka : Wahai Dewa Siwa, tolonglah daku!! (memuja dewa, terdiam sejenak, mengambil nafas) Ok aku mengaku, aku memang bukan Shinta istrimu, aku Sarpakenaka anak Mak Lemper. Rama, buat apa sih kamu tetap mencintai Shinta? Dia sekarang sudah dengan Kanda Rahwana di negara Ayodya… Sekarang dia sudah tidak suci lagi, mending kamu sekarang dengan aku saja... (menggoda)
Rama : Apa??? (kaget seribu kaget)... Jadi ini semua rencana kalian…
Sarpakenaka : Kalau iya bagaimana, sekarang kamu tak punya pilihan selain dengan ku, mau kemana? Mau pergi? Hhahaha tak bisa kamu keluar dari hutan ini, kan kamu baru bertapa… Ayolah Rama, mulailah melupakan Shinta, masih ada aku yang akan menemani hari harimu.. Move on, Rama!!
Rama : Hah move on sama kamu? Tidak mungkin dan tidak akan terjadi..
Rama segera mengabaikan Sarpakenaka dan menggalau di pojok panggung bersama adiknya. Rama sedang disiksa kegalauan yang sangat berat. Padahal di Alengka… Shinta dan Rahwana akan menjalani the first night di private room.
Rahwana : Shintaa… Sini donk… (nada menggoda)
Shinta : Jangan Rahwana!! Jangan!! Jangann!!
Rahwana : Ayolah… Satu malam saja… Hey baby give me one more night… (Lagu One More Night diputar bag reff)
Shinta : Tak akan pernah. Aku tak pernah sudi denganmu!! Lepaskan aku!!
Rahwana : Shinta, Rama tak akan datang. Kamu hanya bersamaku malam ini, berdua saja.
Shinta : Tidak!! Aku akan selalu menjaga diriku hanya untuk Rama!!
Rahwana : Baiklah jika kau tak mau hari ini. Mungkin besok. Tapi, kau selamanya akan ada di sini untukku. (Rahwana keluar dari private room)
Shinta : Oh Dewa… Lindungilah diriku. Semoga Kanda Rama bisa membawaku pulang dari neraka ini… (memohon)
Di Hutan Dandaka, Rama masih bergalau ria. Ia mencoba curhat kepada adiknya. Ia tanyakan bagaimana cara untuk mendapatkan Shinta kembali. Dan apa yang harus ia lakukan? Penonton? Bantu Rama yaa…
Rama : Shinta diculik Rahwana. Dan aku harus menyelamatkan… Tapi …. ! selama aku harus bertapa di hutan ini, aku tidak boleh keluar dari hutan Dandaka ini. Sekarang aku harus bagaimana?
Laksmana : Tenang Kanda… kanda kan punya teman bala wanara di Gua Kiskenda…
Rama : Ah iya!! Anoman, ya… anoman pasti bisa membantuku!! (mengambil HP dan menelpon Anoman…)
Rama : “Hallo … ! kakang Anoman ?”
Anoman : “Ya, Anoman di sini. Ini siapa yaa ?”
Rama : Ini aku, Rama, men!”
Anoman : “Oh… Rama! What’s up, Bro… Tumben kamu telpon aku!”
Rama : Aduh kakang Anoman! Aku sangat butuh bantuanmu. Kamu maukan sekarang datang ke sini ? Aku di hutan Dandaka, aku akan menjelaskannya disini!
Anoman : “Okey pren! Aku ke sana sekarang. Kamu tenang saja!”
Tuut… Tuut… Segera saja setelah telpon itu dimatikan, Anoman menuju Hutan Dandaka. Dengan kekuatannya ia melompat sejauh mungkin lalu menhinjakkan kakinya di Hutan Dandaka. Dan dalam waktu sekejap, Anoman sudah datang dengan tarian khasnya.
Anoman : “What’s up, Bro! Kenapa wajahmu kelihatan bingung sekali? Terus kenapa kamu bisa berada di hutan ini?
Laksmana : “Ceritanya sangat panjang, nanti saja ceritanya. Sekarang, tolong rebut Shinta dari tangan Rahwana. Shinta diculiknya, dan Kanda Rama sedang diperintahkan oleh Prabu Desarata untuk bertapa di sini dan tidak boleh meninggalkan hutan ini. Jadi hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membantu Kakangku. Kakang mau kan membantuku? Please”
Anoman : Nah kamu ngapain gak membantu, Laksmana?
Laksmana : Aku di sini menjaga Kanda Rama. Aku takut dia galau dan akhirnya bunuh diri…
Anoman : Oke bisa diatur. Wani piro?
Rama : Kanda Anoman!! Aku serius!! (mulai marah)
Anoman : Calm down men… Tenanglah! Aku pasti akan membantumu” (menepuk pundak Rama, lalu mereka bertiga berpelukan)
Anoman : “Ya sudah, sekarang aku berangkat menyelamatkan Shinta, kamu berdoa saja semoga aku bisa merebut Shinta dari tangan Rahwana sialan itu!”
Rama : (memohon pada dewa) Oh Dewa… Selamatkan Shinta. Jangan sampai dia dinodai oleh Rahwana… (Laksmana mengamini)
Anoman segera meninggalkan dua bersaudara itu dengan tarian khasnya. Ia segera menuju Alengka dan siap merebut Shinta. Tidak lama kemudian, dia sampai di Alengka, negara para raksasa. Meski begitu, Anoman tidak takut untuk merebut Shinta. Nyalinya patut diacungi dua jempol. Setuju? Tapi… Gaswatnya, kedatangan Anoman di Alengka diketahui Rahwana.
Rahwana : Hee.. Anoman sedang apa kamu disini? Ini kerajaanku apa yang kamu lakukan!!
Anoman : Aku diutus Rama aku harus membawa pulang Shinta…
Rahwana : Oh tidak bisa, seenaknya saja kamu merebut Shinta dari aku..
Anoman : Heh kakek tua, yang merebut itu kamu, Rama dan Shinta adalah cinta sejati. Dasar pak tua yang tak tahu malu… ABG Tua!! Berondong Tua!! Tua Keladi mata keranjang, hidung belang!!”
Rahwana : Kurang ajar sekali kamu, lidahmu seperti tidak pernah disekolahkan, ok kalo kamu mau mengambil Shinta, langkahi dulu mayatku… (mereka perang)
Akhirnya Rahwana dan Anoman berperang satu lawan satu. Anoman sudah nyaris kalah ketika Rahwana membakar ekornya dengan api yang sangat panas. Tapi, untungnya Anoman memiliki akal cerdas. Ia segera melompat-lompat kesana kemari agar api yang ada di ekornya membakar istana. Ia kibaskan ekornya ke semua tempat. Dan Anoman berhasil membakar hangus istana Alengka.
(Lagu Anoman obong)
Usai berhasil membakar hangus istana, Anoman segera mencari Shinta dan membawanya pulang. Rahwana dan semua penghuni kerajaan kalang kabut karena istana yang mereka yang hangus terbakar.
Anoman : “Ha… ha…. Ha….”
Rama : “Kakang Anoman, kakang sudah kembali, tapi mana istriku Shinta? apa kakang tidak bisa merebutnya dari tangan Rahwana?”
Anoman : “Maafkan aku sahabatku! Rahwana sangat kuat, aku tidak bisa mengalahkannya. Bahkan ekorku tadi dibakar! Bayangkan! Bagaimana perasaanmu, Mas Bro!! Pelecehan!!”
Rama : “Tidak mungkin!! Aku yakin kakang Anoman lebih kuat dari Rahwana.
Anoman : Maafkan aku sahabatku, tapi aku sudah punya penggantinya untukmu.
Rama : Pengganti? Apa maksudmu pengganti? Tidak, aku tidak mau mengkhianati istriku Shinta, aku sangat mencintainya!”
Anoman : “Iya, aku mengerti! Tapi lihat saja dulu!” (menengok ke arah Shinta) “Okey girl, come in…!”
Seorang gadis cantik mendekati Rama sambil menari dengan lemah gemulai. Tetapi wajahnya ditutupi selembar kain. Entah dia siapa. Tariannya begitu mempesona Rama. Mungkinkah gadis itu akan membuat rama move on? Let’s cekidot!
Anoman : Ku persembahkan padamu… Shinta…
Shinta : (membuka kain yang menutupi wajahnya) Kanda Rama… (mendekat Rama)
Shinta : Kakanda ! Kenapa kakanda diam saja? Apa kakanda tidak senang melihat dinda kembali ?
Rama : Aku senang dinda kembali, tapi kamu pasti kembali dengan keadaan yang sudah ternodai oleh Rahwana. Kau sudah tidak suci…
Shinta : Ya ampun kanda! Setelah berbulan-bulan kita menikah, masihkah Kanda tak percaya? Selalu aku yang salaahh!! (gaya iklan lifebuoy)
Rama : Dindaaa!! (alay)
Shinta : Kenapa kanda mempunyai pikiran seperti itu? Walau dalam keadaan apapun, dinda akan tetap dan selalu menjaga kesucian dinda untuk kanda .
Rama : Baiklah… Aku percaya padamu istriku, tapi apa kamu tau kalau rahwana tadi telah menyentuhmu ketika kamu tidak sadarkan diri?
Shinta : Tapi aku yakin kanda, Rahwana belum mengapa-apakan aku!!
Rama : Baik dinda, apa dinda mau membuktikannya?
Shinta : Iya kanda, dengan apa dinda harus membuktikannya ?”
Rama : Baik… (membuat api) Sekarang aku minta kamu berjalan di atas kobaran api ini, jika kamu terbakar berarti kamu telah ternoda. Tetapi jika kamu tidak terbakar, berarti kamu masih suci!
Shinta : Baik kanda, demi cintaku padamu, aku akan melakukannya! Bakarlah aku, dan cintaku kan ku buktikan…
Akhirnya Shinta berjalan di atas kobaran api itu. Tak hanya itu, Shinta juga memilih membakar dirinya di dalam api yang menyala-nyala. Tapi, apa yang terjadi? Shinta tidak sedikitpun terbakar. Tersentuh api pun tidak. Justru setelah keluar dari api, wajah Shinta semakin cantik. Dan hatinya semakin suci. Inilah bukti cinta sejati Shinta kepada Rama.
Rama : Dinda, ternyata dinda masih suci. Maafkan kanda istriku, kanda telah menuduh dinda yang aneh-aneh. Aku sayang sekali sama dinda!
Shinta : Kanda percayakan kepada dinda? Aku juga sangat mencintai kanda !”
Mereka bertatapan romantis satu sama lain. Seperti yang biasa ada di film-film ketika cinta sejati dipertemukan. Nyaris ketika mereka akan… Akaann… Berpegangan tangan. Rahwana tiba-tiba datang dengan bala tentaranya yang beribu-tibu. Ia menuntut balas atas dendamnya!! Penculikan Shinta, pengusiran Sarpakenaka, pembunuhan Maricha, dan pembakaran istana.
Rahwana : Stop!! Hai Rama jika kamu mau istrimu itu tetap menjadi milikmu langkahi dulu mayat ku Rama. Jadilah cowok yang gentleman. Ayo kita lawan tanding, siapa yang cinta sejati pasti akan menang... Jangan jadi pecundang kamu Rama..
Laksmana : Yang cinta sejati itu Kanda Rama dengan Shinta. Kamu hanya berondong tua saja!!
Rahwana : Lancang kamu!!
Laksmana : Kanda Rama… Biarkan aku yang menghadapi raksasa sialan itu. Kanda mending memanggil bala tentara Ayodya!!
Rama : Tidak, Laksmana!! Biar aku saja yang akan melawannya.
Perang pun tak bisa dihindari. Rahwana siap memukulkan gadanya dan Rama siap memanah Rahwana tepat di jantungnya. Shinta bersembunyi di balik Laksmana dengan ketakutan. Perang ini akan berlangsung seru. Dan tidak kalah seru dengan perang Bharatayudha.
Pak Haji : Stoopppp!!! (semua menengok ke arah Pak Haji)
Pak Haji : Hai, saudara saudara buat apa kalian berselisih? (bacakan ayat dan arti) sesungguhnya tanda- tanda dari kerusakan sebuah bangsa itu adalah diangkatnya ilmu agama, tersebarnya kemerosotan akhlak dan maraknya pemabuk dan lebih menyebar luasnya perilaku zina. HR Bukhory.
Rahwana : Oh jadi begitu ya? Tapi, Shinta milikku!!
Pak Haji : Rahwana… Kamu harus ikhlas dan menerima bahwa Rama Shinta adalah cinta sejati. Kamu tidak pantas menganggu kehidupan bahagia mereka. Jangan syirik atau iri, setiap orang memiliki kelebihan dan kekuranagn masing masing. Setiap orang memiliki rezeki dan takdir yang telah ditentukan Tuhan..
Narator : (Naik panggung dan mendebat Pak Haji) Heh Pak Haji!! Di skenario gak ada adegan ini!! Cut!! Cut!! Merusuh saja kau. Hush!!
Laksmana : Narator, Pak Haji benar. Kita harus berdamai kan? Ayo saling memaafkan, setuju!!
Semua : Setuju!!
Narator : Tapi kan gak sesuai akhir dari Ramayana…
Pak Haji : Yang penting happy ending. Kamu mau dunia semakin rusak jika pertempuran dilanjutkan?
Narator : Ya… Enggak sih. Ya udah ayo maaf-maafan…
(Terus pemain yang ada di panggung maaf-maafan. Lagu minal aidzin wal faidzin *reff, terus semua pemain keluar. Yang ada di atas panggung tetep di atas panggung. Yang lainnya di bawah mengelilingi panggung. Setel lagu perdamaian dan we’ll dance together. Selesai perdamaian. Semua turun kecuali Narator dan Rama-Shinta. Rama-Shinta bertatapan mesra)
Akhir dari cerita Ramayana ini bukanlah Shinta yang hilang ditelan bumi atau Rahwana yang mati. Tetapi akhir dari Ramayana ini adalah Rahwana mengalah dan memilih mencari wanita yang lain. Sarpakenaka juga mengalah. Rahwana menarik semua bala tentaranya kembali dan menata Kerajaan Alengka dengan lebih baik lagi. Sedangkan Rama dan Shinta? Umm… Mereka hidup bahagia berdua selamanya. Hingga akhir hayat nanti.
And from then, they live happily ever after. (Semua pemeran naik panggung)
Saat ini anda sudah membaca tentang Contoh Naskah Drama ramayana yang kami berikan diatas, semoga bisa menjadi info bermanfaat ya, dan jangan lupa baca selengkapnya disini untuk Kumpulan Naskah Drama yang lainnya juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Contoh Naskah Drama ramayana"
Posting Komentar