Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa - Kami akan sampaikan disini Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa lengkap sekali sehingga anda bisa mendapatkan Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa dini selengkapnya dan tentunya ini akan bisa menjadi Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa untuk pertunjukan anda dan tentunya Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa ini akan bisa menjadi salah satu prestasi anda disaat anda melakukan Drama dengan teman-teman anda dipentas. Ini adalah salah satu Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa terbaik yang bisa kami posting dan bisa menjadi pelajaran yang sangat berguna sekali karena Cerita Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa ini sangat menyentuh hati, kocak dan sangat menyenangkan sekali saat dipentaskan dengan teman-teman nantinya.
Untuk itu dapatkan Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa ini disini yang kami berikan lengkap sehingga bisa menjadi pertunjukan yang sangat bagus sekali, dan anda akan mendapatkan nilai bagus untuk Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa ini, lengkap sekali Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa ini dan pastinya kamu semua akan puas dengan Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa tersebut, dan untuk untuk itu langsung dapatkan Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa dibawah ini yang sobat semua.
Nawang Wulan : Kak, bagaimana ini selendangku tidak ada ?
Bidadari tertua : Cepat Nawang Wulan, coba kita mencari sampai ketemu.
Nawang Wulan : (Setelah beberapa saat) tetap tidak ada kak. Bagaimana aku kembali ke khayangan ?
6 Bidadari : Maaf Nawang, kami harus meninggalkanmu disini karena matahari semakin terbenam.
Nawang Wulan : Kakak, bawa aku ke khayangan. (Sambil menangis)
Bidadari tertua : Maaf Nawang, tanpa selendang itu kamu tidak bisa kembali. (Terbang diikuti bidadari yang lain)
Sambil menangis Nawang Wulan mencari-cari selendangnya. Jaka Tarub
kemudian menampakkan dirinya dengan membawa kain (bukan selendang Nawang
Wulan) dan menghibur sang bidadari. Awalnya Nawang Wulan takut karena
mengira Jaka Tarub orang jahat, tetapi setelah Jaka Tarub berhasil
meyakinkan Nawang Wulan mau berbicara.
Jaka Tarub : Hai, kenapa kamu disini ? (Mendekat pada Nawang Wulan)
Nawang Wulan : Siapa kamu ? Jangan mendekat !
Jaka Tarub : Tenang, saya Jaka Tarub. Saya tidak berniat jahat.
Nawang Wulan : Lalu kenapa kamu disini ?
Jaka Tarub : Saya sedang mencari hewan buruan, kebetulan
saya mendengar ada wanita bercanda di dekat sini. Dan akhirnya saya
mendapati kamu sedang menangis.
Nawang Wulan : Selendang saya hilang, entah siapa yang mengambil selendang tersebut.
Jaka Tarub : Selendang ? (Pura-pura terkejut). Buat apa selendang ?
Nawang Wulan : Iya selendang. Sebenarnya saya adalah bidadari dari
khayangan. Saya dan kakak-kakak saya biasa mandi di danau seperti ini.
Jaka Tarub : Oooh... Kalau mau, kamu bisa menginap di
rumah saya. Tenang, saya orang baik. (Meyakinkan Nawang Wulan)
Nawang Wulan : Iya, saya ikut ke rumah kamu. (Dengan terpaksa)
Setelah beberapa bulan, Jaka Tarub ingin menikah dengan Nawang Wulan.
Pada suatu hari, Jaka Tarub mengutarakan maksudnya tersebut. Karena
merasa tidak memiliki siapapun di bumi, Nawang Wulan menerima tawaran
Jaka Tarub tersebut. Sejak menikah dengan Nawang Wulan, Jaka Tarub hidup
berkecukupan. Panennya melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh padi
tanpa pernah berkekurangan. Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka
Tarub di dalam lumbung yang selalu penuh.
Nawang Wulan : Jaka, bagaimana hasil panennya ?
Jaka Tarub : Tidak ada halangan Nawang, semakin lama semakin banyak kita panen.
Nawang Wulan : Tapi kamu harus tetap kerja keras, karena mungkin saat musim kemarau kita jarang panen.
Jaka Tarub : Iya Nawang, aku pasti tetap kerja keras.
Nawang Wulan : (Tersenyum bahagia)
Lalu mereka dikaruniai seorang anak (menurut cerita anak itu bernama
Nawangsih). Mereka hidup bahagia dan selalu merawat Nawang Asih dengan
sepenuh hati. Namun setelah beberapa lama hidup berumah tangga,
terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub. Setiap hari ia dan keluarganya
selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak pernah berkurang seolah
tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan. Suatu hari Nawang Wulan
hendak pergi ke sungai. Nawang Wulan berpesan agar Jaka Tarub tidak
membuka tutup penanak nasi apapun yang terjadi.
Nawang Wulan : Jaka, jangan kamu buka tutup ini apapun yang terjadi.
Jaka Tarub : Kenapa ? (penasaran)
Nawang Wulan : Sudahlah, kamu turuti apa kata-kata ku tadi.
Sekarang aku pamit pergi ke sungai, Jaka. (Pergi meninggalkan rumah)
Namun karena Jaka Tarub penasaran, akhirnya ia mencoba melihat apa yang
ada di dalam penanak nasi tersebut. Dan di dalamnya hanya terdapat
sebutir beras. Akhirnya Jaka Tarub membiarkan beras itu tetap di dalam.
Setelah Nawang Wulan pulang, ia bertanya pada Jaka Tarub tentang
larangannya tadi.
Nawang Wulan : Jaka, apakah kamu membuka tutup ini ? (heran)
Jaka Tarub : Tidak, saya tidak membuka tutup itu.
Nawang Wulan : Bohong ! Lalu kenapa beras ini tidak berubah ? (bertanya dengan emosi)
Jaka Tarub : (Tertunduk) Iya , Nawang. Saya telah melihat isi di dalamnya.
Nawang Wulan : Apakah kamu tidak mendengar pesan saya tadi, Jaka !
Jaka Tarub : Saya mengerti, tapi saya penasaran kenapa
padi kita tidak pernah habis. Padahal kita selalu makan nasi.
Nawang Wulan : (Menangis dan meninggalkan Jaka Tarub)
Nawang Wulan menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus memasak nasi
seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk padi banyak-
banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi nasi. Akibatnya
karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan padi di lumbung
Jaka Tarub semakin menyusut. Pelan tapi pasti, padi mereka semakin
habis, sementara musim panen masih belum tiba. Ketika suatu hari Nawang
Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain
yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika ditarik dan diperhatikan,
teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah selendang bidadarinya.
Nawang Wulan : (monolog) Rupanya selama ini Jaka Tarub yang
menyembunyikan pakaianku. Dan karena isi lumbung terus berkurang pada
akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah menjadi kehendak
Yang Di Atas. Tapi kenapa Jaka Tarub tega berbuat seperti ini kepadaku ?
Apakah salahku kepadanya ? (Nawang Wulan menangis).
Ia lalu menemui Jaka Tarub untuk berpamitan dan memintanya merawat anak
mereka baik-baik. Jaka Tarub memohon dengan sangat agar istrinya tidak
meninggalkannya, namun sudah takdir Nawang Wulan untuk kembali ke
khayangan dan berpisah dengannya.
Nawang Wulan : Jaka, terimakasih atas semua kebaikanmu selama ini. Kamu memang orang baik. (Tersenyum)
Jaka Tarub : (Terkejut) Dari mana kamu mendapat selendang itu ?
Nawang Wulan : Kamu tidak perlu berpura-pura, saya sudah mengetahui semua. Sekarang saya akan kembali ke khayangan.
Jaka Tarub : Tidak ! Jangan kamu pergi Nawang, aku sangat mencintaimu.
Nawang Wulan : Tapi aku harus kembali menemui keluargaku di atas. Aku tidak dapat tinggal di sini.
Jaka Tarub : Bagaimana dengan anak kita ? Kamu tidak kasihan ?
Nawang Wulan : Saya ingin kamu merawatnya, agar kelak menjadi
orang baik sepertimu. Jika ingin bertemu, setiap bulan purnama datanglah
ke dekat danau dimana kita pertama bertemu. Teriakkan namaku maka aku
akan datang.
Jaka Tarub : Selamat jalan Nawang, aku selalu menunggumu kembali.
Nawang Wulan : Suatu saat nanti (terbang kembali ke khayangan)
Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan Jaka Tarub yang menangis dalam penyesalan.
#Tamat#
Menurut cerita dan browsing di internet, ternyata kisah cerita legenda
Jaka Tarub dan 7 bidadari ditengarai peristiwanya berada di daerah
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terbukti dengan adanya
peninggalan cagar budaya, yang berupa lesung dari batu.
Lesung adalah alat menumbuk padi. Peralatan pertanian yang lumrah ada di pedesaan.
Lesung yang dipercaya sebagai peninggalan Jaka Tarub, berlokasi di
wilayah Giring. Dari Wonosari mengambil arah jurusan Paliyan kira-kira 8
km.
Dari tempat lesung peninggalan Jaka Tarub, ke arah Gua Maria, sekitar 5
km di atas bukit ada komplek pemakaman Jaka Tarub, Pangeran Bondan
Kejawan, Dewi Nawangsih, dll.
Silahkan mengunjungi jika sampai di daerah Gunung Kidul, namun tidak
akan menemukan bidadari yang mandi di sungai. Apalagi kalau musim
kemarau, sungainya kering.
Saat ini anda sudah membaca tentang Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa yang kami berikan diatas, semoga bisa menjadi info bermanfaat ya, dan jangan lupa baca selengkapnya disini untuk Kumpulan Naskah Drama yang lainnya juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Contoh Naskah Drama jaka tarub bahasa jawa"
Posting Komentar