Contoh Naskah Drama gotong royong

Contoh Naskah Drama gotong royong - Kami akan sampaikan disini Contoh Naskah Drama gotong royong lengkap sekali sehingga anda bisa mendapatkan Contoh Naskah Drama gotong royong dini selengkapnya dan tentunya ini akan bisa menjadi Contoh Naskah Drama gotong royong untuk pertunjukan anda dan tentunya Contoh Naskah Drama gotong royong ini akan bisa menjadi salah satu prestasi anda disaat anda melakukan Drama dengan teman-teman anda dipentas. Ini adalah salah satu Contoh Naskah Drama gotong royong terbaik yang bisa kami posting dan bisa menjadi pelajaran yang sangat berguna sekali karena Cerita Contoh Naskah Drama gotong royong ini sangat menyentuh hati, kocak dan sangat menyenangkan sekali saat dipentaskan dengan teman-teman nantinya.

Untuk itu dapatkan Contoh Naskah Drama gotong royong ini disini yang kami berikan lengkap sehingga bisa menjadi pertunjukan yang sangat bagus sekali, dan anda akan mendapatkan nilai bagus untuk Contoh Naskah Drama gotong royong ini, lengkap sekali Contoh Naskah Drama gotong royong ini dan pastinya kamu semua akan puas dengan Contoh Naskah Drama gotong royong tersebut, dan untuk untuk itu langsung dapatkan Contoh Naskah Drama gotong royong dibawah ini yang sobat semua.

Nun jauh di belakang bukit ada sebuah desa yang subur dan makmur, yaitu desa Berkah.
Desa itu dipimpin oleh seorang kepala desa yang sangat otoriter dan pelit. Sikapnya yang buruk membuat rakyat tak suka padanya.
Suatu pagi...
Kades                     : “Wuah... nikmatnya pagi ini.” (setelah bangun tidur, di depan rumahnya)
“Aku adalah Kepala Desa. Aku adalah orang yang disegani oleh rakyatku. Aku adalah pemilik tanah ini Haha”  katanya sombong
“Lesmana.....!!!” panggilnya
Lasmana                 : “Siap tuan!”
Kades                     : “Bagaimana keadaan kebun, ladang, sungai dan peternakan di Desa kita yang subur ini?!”
Lasmana                 : “Wuih... tidak perlu diragukan tuan” jawabnya menghibur
                                  “Semuanya subur!
-Hasil Jagung kita besar-besar, manis lagi
-Sayur – mayur kita bebas ulat!
-Susu dari Sapi perah kita, berlimpah-limpah
                                 Pokoknya, derajat desa kita tidak turun!” lapornya dengan bangga
Kades                     : “Bagus..bagus..(sambil tepuk tangan)”
“Sekarang.............CEPAT BIKIN-KAN SAYA KOPI!!! CEPAT!!!” suruhnya kasar sambil ingin melemparkan sendal ke arah Lesmana
Lesmana                                : “Iya tuan. Ampun. Permisi tuan.” Jawabnya agak tersengal-sengal ketakutan

Sementara Lesmana membuatkan kopi untuk Pak Kades, tiba-tiba istri Pak Kades  berteriak-teriak kegirangan dari dalam rumah.
Bu Kades                : “Pak...Pak...Pak...” teriaknya
Kades                     : “Apa sih bu teriak-teriak tidak jelas kayak begitu!” jawabnya medog.
Bu Kades                : “Pae...ibu ini teriak kegirangan yo. Itu loh pak, air PAM kita udah bisa dipakai.”
Kades                     : “Wah bagus itu, berarti kita tidak usah lagi gotong-gotong air dari sumur !” senangnya
                                  “Berarti..nanti..tinggal putar kran..trus..SSRRR!! airnya keluar hahaha” jawabnya sambil bergoyang
Bu Kades                : “Betul itu pak, jadi nanti ibu nyuci ndak usah jauh-jauh lagi di sungai, bareng-bareng sama warga
   kita yang ndak tahu diri itu” katanya ketus
Kades                     : “Setuju bu.” (sambil keduanya masuk ke dalam rumah)

Tidak lama kemudian Lesmana datang dengan kopi pesanan tuannya.
Lesmana                                : “Loh, tuan kemana?” kagetnya

Tiba-tiba 3 orang warga datang
Pak Ali                    : “Selamat pagi, Pak Lesmana”sapanya
Lesmana                                : “Pagi pak, ada apa ya?” kagetnya
Pak Ali                    : “Ingin bertemu Pak Kades.”jawabnya sopan
Lesmana                                : “Ada perlu apa pak? Penting?” tanyanya sinis.
Bu Ali                      : “Sinis sekali sih pak, kita ini sedang bicara baik-baik!” jawabnya agak kesal
Pak Ali                    : “Sabar bu..”
                                  “Begini pak, kita mau lapor ke Pak Kades kalau musim kemarau akan terjadi bulan ini, jadi saya mewakili
                  seluruh warga mau memberi usul pada Pak Kades agar mau mendanai pembuatan penampungan air
   di Desa Berkah ini.” Jelasnya dengan penekanan-penekanan yang runtun.
Pak Samsi               : “Betul pak. Untuk antisipasi kekeringan” tambahnya dengan senyum teratawa

Lesmana                                : “Oh..........”
                                “Tapi, saat ini Pak Kades sedang sibuk! Dia tidak bisa diganggu!” ketusnya belagu
                                “Lebih baik, Bapak /Ibu pulang saja! Nanti pesannya akan saya sampaikan, ya...kalau ingat, ndak janji!” sombongya

Para warga tadi agak tersinggung oleh ucapan Lesmana.
Ternyata Pak Kades mendengar usir-an Lesmana kepada warga itu dari dalam rumah.
Pak Kades              : “Eh...eh...eh... Lesmana!”
                                  “Siapa yang kamu suruh pergi!”tanyanya ketus
Lesmana                                : “Ini tuan, para warga miskin mau minta bantuan”jawabnya menyindir
Bu Ali                      : “Sembarangan aja kamu Lesmana! Kamu  tuh yang miskin!” kesalnya
Pak Kades              :”Memangnya mau minta bantuan apa?”
Pak Ali                    : “Begini pak, kita mau lapor, kalau musim kemarau akan terjadi bulan ini, jadi saya mewakili seluruh
    warga mau memberi usul pada Pak Kades agar mau mendanai pembuatan penampungan air warga Desa 
    Berkah ini. Bagaimana pak?”
Pak Kades              : “Mau minta dana berapa?” tanya sombong
Pak Samsi               : “Sekitar 5 juta Pak.” Jawabnya dengan senyum tertawa

(Diam-diam Bu Kades dengan kedua putrinya mendengar pembicaraan mereka)
Pak Kades              : “HEY! Kalian itu mau minta bantuan atau memeras saya?! Tegasnya kaget
                                 “Saya tidak setuju!”
                                “Desa kita ini kan sangat subur, ya tidak mungkinlah akan terjadi kekeringan” jelasnya sombong
Pak Ali                    : “Apa tidak bisa di tolerir lagi pak?” tanyanya sopan
Pak Samsi               : “Iya pak, ini kan hanya untuk antisipasi kekeringan. Kalau air kita kering, maka kegiatan pertanian,
    perkebunan dsb, akan terhambat” jawabnya dengan senyum teratawa
Bu Ali                      : “Betul pak, kasihan kami para istri. Pasti akan kebingungan, karna bahan makanan akan susah didapat” keluhnya
Lesmana                                : “Jangan didengarkan tuan! Ini pasti cuma akal-akalan mereka saja, huh!”
Bu Ali                      : “Heh kecebong! Jaga ya mulut mu!!”
Pak Kades              : “Saya harus pertimbangkan ini!”
                                  “Betul kata Lesmana, saya pun harus antisipasi dari jebakan kalian.” Sindirnya sambil mengelus-elus
    jenggot kesayangannya.
                                  “Baiklah, sudah anda semua kembali ke ladang kalian masing-masing!” suruhnya.

Mereka semua pun pergi.
Para warga pulang dengan membawa berita kecewa untuk warga yang lain.

Pak Kades masuk kedalam rumah. Disitu, istri beserta kedua putrinya sudah berkumpul.
Mereka semua menatap wajah bapaknya dengan geram sambil melipat tangan di dada.
Pak Kades              : “Kenapa kalian ini, gaya kalian kayak mau ngajak berantem bapak?!” tanyanya agak takut
Mereka ber-3       : “KITA TIDAK SETUJU!!” kata mereka kompak dengan semakin geram sambil tetap melipat tangan di dada
Pak Kades              : “Apanya yang tidak setuju?!!!”
Siti                           : “Kita ndak setuju kalau bapak membantu mendanai pembangunan penampungan air itu!”katanya galak
Atikah                     : “Betul pak, mendingan uangnya dipakai untuk kita shopping!” katanya sok imut
Bu Kades                : “Awas ya pak, kalau sampai bapak membantu mereka.....” tegasnya belum selesai
Mereka ber-3       : “BAPAK JANGAN TIDUR DI RUMAH!!” Kata mereka kompak sambil melempar bantal dan selimut ke arah
    Pak Kades

Pak Kades              : “Ya ndak to ndok, kalian ini pada main hakim sendiri. Bapak memang tidak akan membantu mereka.”
                                   “Hmm...enak saja.”
                                    “Malah... bapak akan memberikan uang yang banyak sama kalian” jawabnya memberi kejutan
Mereka ber-3       : “Bagaimana paka caranya?” mereka penasaran sambil melingkari bapaknya
Pak Kades              : “Biarkan saja mereka kekeringan, nanti air PAM kita akan kita jual dengan harga yang mahal per ember”
Bu Kades                : “Aduh...suamiku memang pa...ling pintar dalam bisnis hahaha” pujinya

Mereka semua gembira akan niat busuk bapaknya itu.

Sementara itu, Pak Ali mengumpulkan warga untuk melaporkan pada warga mengenai tanggapan Pak Kades.
Pak Ali                    : “Selamat siang, Bapak-bapak Ibu-ibu”
Semua warga        : “Siang Pak”
Pak Ali                    : “Bapak-bapak Ibu-ibu, tadi pagi saya bersama Bu Ali dan Pak Samsi datang ke rumah Pak Kades. Tetapi
    kami disambut tidak hangat oleh pembantunya,Lesmana.
   Tidak lama Pak Kades datang, lalu kami menyampaikan amanat Bapak/ibu sekalian.
Pak Bambang        : “Lantas, apa jawaban Pak Kades pak?
Pak Ali                    : “Dia bilang...dia bilang...hmm....” jawabnya bingung
Pak Bambang        : “Bilang apa pak?” tanyanya penasaran
Pak Ali                    : “Sebelumnya saya minta maaf, karena harus menyampaikan ini.
                                  Pak Kades tidak mau mendanai pembangunan penampungan air kita”katanya sopan
Bu Bambang          : “Kenapa bisa begitu pak? Ini kan untuk kepentigan bersama” protesnya sambil menggendong bayinya
Pak Zaidin              : “Wah,,, kalau begitu,,,Bapak-bapak Ibu-ibu kita harus DEMO!!!
Semua warga        : “Setuju!!!”
Pak Samsi               : “Bapak-bapak Ibu-ibu tenang, buat apa kita repot-repot demo, Pak Kades tidak akan merubah
    Keputusannya” lerainya dengan senyuman tertawa
Pak Ali                    : “Begini saja, lebih baik kita mendanainya dengan uang sendiri, kita tidak perlu menyewa pekerja,
    tetapi kita bergotong royong”
Pak Zaidin              : “Wah bagus itu, oke saya akan bantu menggali tanah!”teriaknya sambil berdiri ke hadapan warga
Pak Bambang        : “Baik, saya akan mengumpulkan batu kali dari sungai” teriaknya juga sambil berdiri ke hadapan warga
Bu Ani                    : “Saya bantu untuk menyemen”
Bu Lara                   : “Saya bertanggung jawab untuk kebersihan”
Bu Bambang          : “Yo wes, saya bantu untuk menyediakan konsumsi.” Katanya ramah sambil menggendong bayinya
Bu Susi                   : “Oke bapak-bapak ibu-ibu nanti saya yang akan menagih iuran sukarela dengan warga lain.
                                 Setuju???” ajaknya semangat
Semua                    : “Setuju!!!!!” teriaknya antusias
Keesokkan harinya seluruh warga bergotong royong membangun penampungan air. Pembagian kerja mereka sangat baik dan adil. Ada yang memanggul batu, mengaduk semen, membersihkan jalan, memberikan makanan dan menagih iuran sukarela kepada warga lain.

Sementara itu Lesmana diam-diam mengintip kegiatan dan langsung melapor kepada Pak Kades.
Pak Kades yang sedang merawat burung-burung hiasnya kaget melihat kedatangan Lesmana.
Lesmana                                : “Pak..pak..gawat !!”
Pak Kades              : “Ada apa?”
Lesmana                                : “Para warga sedang membuat penampungan air.”
Pak Kades              : “Lancang sekali mereka. Ya sudah biarkan saja! Saya yakin penampungan itu akan selalu kering”jawabnya masa bodo
Pak Kades kembali merawat burung-burung hiasnya.

Beberapa hari kemudian penampungan air tersebut selesai. Semua warga desa sangat senang.
Pak Ali                    : “Bapak-bapak ibu-ibu, penampungan air kita sudah jadi. Terima kasih atas kerjasamanya”
Pak Bambang        : “Sama-sama pak”
Pak Samsi               : “Kalau begitu ayo kita isi penampungannya dengan air hingga penuh” katanya sambil tersenyum tertawa
Semua warga        : “Ayo!!”
Semua warga kembali bergotong royong mengisi penampungan air hingga penuh. Setelah itu mereka kembali kerumah mereka masing –masing.

Beberapa hari kemudian kekeringan melanda desa. Persediaan air mereka pun mulai menipis
Saai itu para ibu sedang berkumpul di depan penampungan air.
Bu Ani                    : “Aduh ibu-ibu gawat nih, persediaan air kita menipis”
Bu Lara                   : “Bagaimana ini?”
Bu Bambang          : “Ibu-ibu bagaimana kalau kita minta air ke Pak Kades” usulnya sambil menggendong bayinya
Bu Ali                      : “JANGAN! Pak Kades yang kikir itu mana mau membantu kita.’’
Bu Susi                   : “Kita coba saja dulu, siapa tahu dia berubah pikiran.’’

Mereka langsung pergi ke rumah Pak Kades sambil membawa beberapa ember kosong.
Bu Susi                   : “Permisi....”
Pak Kades              : “Ada  apa ya ibu-ibu datang ke rumah saya?”
Bu Susi                   : “Pak,penampungan air mulai menipis mungkin hanya bertahan untuk dua hari kedepan”jelasnya
Bu Lara                   : “Iya pak, kami dengar bapak memakai air PAM, maka kami mau meminta air beberapa ember”keluhnya

Tiba-tiba Bu Kades datang menghampiri mereka
Bu Kades                : “Jangan dikasih pak! Emangnya PAM gak bayar, disini juga butuh air tahu!!” marahnya
Bu Ali                      : “Emang dasar ya keluarga ini, PELIT semua!! Nyesel gw pilih lu jadi kepala desa!” balasnya marah
Bu Bambang          : “Iya bener, semua janji-janji bapak palsu!”
Bu Kades                : “Kalian semua bisanya ngemis doank..hmm..!”sambil mengibaskan rambutnya
Pak Kades              : “Diam! Baik, saya akan beri kalian air, tapi kalian harus membayar Rp 3000 untuk seembernya.”
Bu Susi                   : “Pak, kita akan membeli air bapak tapi jangan semahal itu” lawannya halus
Bu Ani                    : “Iya pak, apalagi kami tidak hanya membutuhkan satu ember saja. Mengertilah kami pak.”mohonnya
Pak Kades              : “Oh tidak bisa!! Kalau ibu-ibu tidak sanggup, ya sudah. Selamat kekeringan !” ledeknya sombong

Para ibu pergi dari rumah Pak Kades dengan sangat menyesal sambil menggerutu.
Para warga kini hanya memanfaatkan sisa-sisa air yang ada.
Tiba-tiba....
 Pak Kades             : “Waduh.....kenapa PAM ku tidak keluar air??  Bu....”kagetnya
Bu Kades                : “Ngapain sih pak teriak-teriak?”kesalnya
Pak Kades              : “Ini bu,air kita mati”jelasnya
Bu Kades                : “Kenapa bisa begitu, mungkin ini gara-gara Lesmana pak, kemarin dia cuci mobil sampai sore”terangnya
Pak Kades              : “Lesmana!!!”panggilnya
Lesmana                                : “Iya pak” (datang sambil membawa lap kotor)
Pak Kades              : “Kamu apakan air PAM saya? Kenapa airnya tidak keluar?”
Lesmana                                : “Tidak saya apa-apakan tuan.
                                   Waduh....jangan-jangan sekarang tuan yang kekeringan”kagetnya

Tiba-tiba anak-anak Pak Kades datang sambil marah-marah.
Siti                           : “Bapak!!!! Bapak belum bayar air ya?! “ tanyanya marah-marah
Atikah                     : “Kenapa airnya mati?” aktanya sok imut
Pak Kades              : “Loh, enak saja kalian ini. Bapak mu ini Kepala Desa, ndak mungkinlah telat bayar air doang. Kita itu sekarang sedang     kekeringan!! Jelasnya sombong
S+A                         : “APA ??KEKERINGAN??!” kagetnya
Pak Kades              : “Ngak usah lebay!!! Kalian juga, kalo pakai air buat mandi aja se-bak habis, huh..!”sindirnya
                                   “Lesmana, carikan tukang PAM!”suruhnya
Lesmana                : “Baik tuan”

Keesokan harinya tukang PAM datang ke rumah Pak Kades, tetapi di jalan ia bertemu dengan para ibu yang sedang berkumpul.
Tukang PAM          : “Permisi bu, mau tanya rumah Pak Kades dimana ya?”
Bu Ali                      : “Ngapain kerumah si Kades pelit itu?!”marahnya
Tukang PAM          : “Begini bu, saya mau betulin PAM nya Pak Kades”
Bu Susi                   : “Tuh kan ibu-ibu bener dugaan saya, si Kades pasti kualat” tambahnya
Bu Ani                    : “Yowes..itu rumahnya di seberang, nanti kabar-kabari kami kalau sudah selesai” jawabnya menyindir

Tukang service PAM datang
TS PAM                  : “Permisi...”
Pak Kades              : “Iya.. kamu tukang service PAM?”
TS PAM                  : “Iya pak, boleh saya periksa pompanya”
Pak Kades              : “Silakan ikut saya!”

Pak Kades pun mengajaknya memeriksa pompa tersebut.
Lalu tukang service tersebut langsung memeriksa mesin pompa.
TS PAM                  : “Wah pak... pemakaiannya terlalu berlebihan jadi mesinnya benar-benar mati.”jawabnya sambil mengecek mesin
Pak Kades              : “Trus bagaimana?”
TS PAM                  : “Harus ganti mesin dalam pak”tegasnya sambil mengelap tangan
Pak Kades              : “Berapa harga mesinnya?”
TS PAM                  : “Lumayan mahal pak, sekitar 3 juta rupiah.”
Pak Kades              : “Enak saja kamu, kamu kira uang 3 juta itu kecil. Ini pasti akal-akalanmu saja kan, karena saya ini Kepala Desa!”
TS PAM                  : “Swer.. kesamber geledek deh pak, ngapain saya bohongin bapak. Ini bener pak.”
Pak Kades              : “Sudah...Kamu pergi saja, saya gk butuh bantuanmu!”
TS PAM                  : “Huh...dasar Kades pelit, nyesel saya datang kesini. BUANG-BUANG WAKTU!!” teriaknay kepada Kepala Desa

Tukang service itu langsing pergi tanpa permisi.
Kemudian dia pulang melewati kerumunan para ibu yang sedang berkumpul tadi. (Ada yang mencari kutu, mengupas bawang, dll)
Bu Ani                    : “Eh nak, gimana? PAM nya Pak Kades sudah betul?” jawabnya sambil menghampiri tukang service
TS PAM                  : “Alah...emang dasar Kades medit, buat kepentingan diri sendiri aja pelit banget. Masa cuma keluarin duit 3 juta doang buat ganti mesin pompa kagak mau?! remehnya
Bu Bambang          : “Nah,,benerkan kata kita” katanya sambil menyuapi bayinya
Bu Susi                   : “Ibu-ibu kita doakan saja semoga di bertobat” katanya sambil mengupas bawang
TS PAM                  : “Sudahlah ibu-ibu saya pulang dulu ya, sudah sore”
Bu Ani                    : “Hati-hati ya nak” sambil mencari kutu Bu Lara

Tiba-tiba suatu keajaiban terjadi, hujan datang dan mengisi penuh penampungan air warga.
Para ibu pergi ke memeriksa penampungan air.
Para ibu               
Bu Lara                   : “Wah...hujan semalam memang membawa berkah untuk kita semua” katanya senang
Para Bapak
Pak Ali                    : “Ada apai ini biu-ibu ramai-ramai?” bingungnya
Bu Susi                   : “Ini pak, penampungan air kita sudah penuh lagi” katanya antusias sambil menunjuk pada penampungan air
Pak Ali                    : “Syukur...” katanya sambil mengelus dada
Pak Samsi               : “Ini semua berkat doa dan usaha kita bapak-bapak ibu-ibu” katanya sambil tersenyum tertawa
Bu Ani                    : “Jadi ingat, betapa pelitnya ya Pak Kades kita” ingatnya prihatin
Bu Bambang          : “Iya, ya. Bagaimana ya nasib dia sekarang?” sambungnya
Pak Zaidin              : “Bagaimana kalau kita membantu dia?” usulny antusias
Pak Bambang        : “Betul itu... dia kan juga anggota warga desa kita” tambahnya mendamaikan
Bu Ali                      : “TIDAK!! Buat apa ?? istrinya sudah seenaknya memaki-maki kita. Biarin aja biar  dia tahu rasa!”tolaknya marah
Pak Ali                    : “Jangan begitu lah bu, kita harus selalu membantu orang lain meskipun dia itu musuh kita” katanya mendamaikan
Pak Zaidin              : “Benar itu bu, ayo tunggu apa lagi. Mari kita bawakan dia air !”ajaknya antusias

Bu Ali pun akhirnya mengikuti mereka.
Para warga pun pergi ke rumah Pak Kades dengan air yang lumayan banyak.
Sementara Pak Kades, penampilannya semakin hari semakin buruk begitu juga keluarganya.
Bu Lara                   : “Permisi...”
Pak Kades              : “Buat apa kalian kesini, kalian mau mengejek saya ya?” tanyanya agak tersinggung
Bu Lara                   : “Tidak pak, kami justru prihatin sama keadaan bapak” katanya sopan
Pak Ali                    : “Iya pak, kami membawa banyak air untuk kebutuhan bapak.” Katanya sambil menunjukkan air tersebut
Pak Zaidin              : “Bahkan kami berencana akan menyalurkan pipa air dari penampungan air kami untuk bapak.” Jelasnya antusias

Pak Kades dan keluarganya sangat terkejut mendengar hal itu. Mereka menunduk malu karena kebaikan yang diberikan oleh warganya.
Bu Kades                : “Ibu-ibu bapak-bapak terimakasih banyak, saya sungguh minta maaf atas ucapan saya yang menyakitkan” katanya  terharu
Bu Ali                      : “Lupakan saja bu, saya juga minta maaf karena sudah kurang ajar sama ibu” jawabnya sambil menghampiri bu kades
Mereka berdua pun berpelukan

Pak Kades              : “Bapak-bapak ibu-ibu saya juga minta maaf, saya mengaku sebagai Kepala Desa tidakmementingkan kepentigan warga”jawabnya menyesal
Pak Samsi               : “Sudahlah pak, kita ini kan saudara, jadi harus saling mengerti”katanya sambil tersenyum tertawa
Akhirnya mereka semua pun berdamai.
Pak Kades kini berubah dan selalu mengutamakan kepentingan warganya.

Saat ini anda sudah membaca tentang Contoh Naskah Drama gotong royong yang kami berikan diatas, semoga bisa menjadi info bermanfaat ya, dan jangan lupa baca selengkapnya disini untuk Kumpulan Naskah Drama yang lainnya juga.

0 Response to "Contoh Naskah Drama gotong royong"

Posting Komentar